TAK SAYANG MAKA TAK KENAL NAMA

Salam Blogger, rekan-rekan semua..

Pepatah "Tak Kenal Maka Tak Sayang" tentunya tidak asing kita dengar. Pepatah lama ini sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, baik itu secara lisan ataupun tulisan. Maknanya sederhana, yaitu kita tidak akan mengetahui sifat seseorang jika kita belum mengenalnya lebih dekat. Ya..kita tidak bisa memahami seseorang jika belum kenal secara dekat, baik itu nama, tempat tinggal, hobi, sifat, kebiasaan ataupun makanan kesukaan pastinya.. 😁😁

Sepertinya pepatah ini ingin saya gunakan hari ini. Kisah pengalaman yang saya alami hari ini berkaitan dengan pepatah ini. Barangkali juga bisa menjadi koreksi dan sharing pengalaman bagi kita, khususnya pendidik.

Singkat cerita, hari ini saya dan beberapa rekan guru menjalani tugas piket sekolah. Tidak seluruh guru yang hadir, karena sekolah kami menjalankan sistem piket untuk minggu ini. Setiap harinya ada 4 orang guru yang hadir ke sekolah. Apa saja kegiatannya? Membersihkan lingkungan sekolah, mempersiapkan bahan pelajaran yang akan diberikan di hari tersebut, menyiapkan administrasi kelas, atau juga memiliki jadwa pembagian tugas kepada siswa-siswa di kelasnya. Yang jelas, aktivitas yang dilakukan sangatlah produktif.

Di hari piket kali ini, terjadwal 4 orang guru yang bertugas, salah satunya adalah saya. Berjalannya waktu, satu per satu guru piket pun hadir di sekolah. Kegiatan awal yang kami lakukan adalah bersih-bersih lingkungan sekolah. Kegiatan ini dibantu oleh beberapa siswa kelas tinggi yang hadir ke sekolah.

Mengapa mereka ke sekolah???? Tenang, kami tidak sedang menjalani pembelajaran tatap muka. Tapi siswa-siswa ini akan mengumpulkan tugas-tugasnya ataupun mengambil tugas lanjutan ke guru kelas mereka. Setelah itu mereka langsung pulang ke rumah masing-masing. Jadi, sekolah kami juga tidak dipenuhi dengan siswa. Mereka datang secara bergantian dan tentunya tetap memperhatikan protokol kesehatan.

Sembari bersih-bersih lingkungan bersama dengan siswa kelas besar, saya dan salah seorang rekan guru sedang berbincang-bincang tentang partisipasi orang tua dalam kegiatan pembelajaran dari rumah atau yang kita kenal dengan istilah BDR. Maklumlah, kondisi ini menghadirkan banyak percakapan dan pembicaraan terkait ragam pernyataan dan pertanyaan dari orang tua yang rupanya juga mengalami kesulitan dan merasa kewalahan dengan sistem BDR ini.

Di tengah pembicaraan kami, saya melihat 2 orang siswa bertubuh mungil datang mendekati saya dan rekan guru yang bersama dengan saya. Pikir saya, pasti mereka siswa kelas rendah. Selain dari postur tubuh mungil mereka, keseganan mereka untuk menghampiri saya dan guru lainnya itu sangat nampak sekali. Biasanya itu terjadi pada siswa kelas rendah, apalagi siswa kelas 1. Dengan bertanya pada rekan kerja di sebelah saya, rupanya tidak salah lagi siswa mungil adalah siswa kelas rendah. Mereka siswa kelas 2.

Melihat mereka yang sepertinya ragu untuk bertanya, saya mendahulukan diri untuk menyapa dan bertanya keperluan mereka. Saya pun bertanya, "Ada apa, Nak?". "Mau ketemu ibu guru" jawabnya. Kemudian saya pun mengajukan pertanyaan lagi "Mau kumpul tugas,ya?". Mereka menggeleng bersamaan. "Mau ambil masker?"Jawab mereka sambil mengangguk "Ya.." Saya pun kemudian bergumam dalam hati, "Oh, mau ambil masker sekolah rupanya.."

Lalu pertanyaan akhir saya ucapkan. "Mau ketemu ibu guru siapa?" Saya juga sekalian menyebutkan nama-nama guru yang mengajar di kelas dua. Kebetulan sekolah kami memiliki kelas paralel khusus kelas 2 di tahun ini, yaitu kelas 2A dan 2B. Lalu, salah satu dari mereka menjawab "Ibu Guru Kelas Dua A, bu.." Saya pun tersenyum kecil kepada mereka dan memancing dengan pertanyaan susulan. "Iya.. Ibu guru siapa namanya?" Jawaban mereka tetap sama yaitu Ibu Guru Kelas 2A. Saya pun tersenyum kecil kepada mereka. Lalu mengarahkan mereka untuk bertemu Sang Ibu Guru Kelas Dua A di ruangan kantor guru.

Rekan-rekan, kejadian seperti ini barangkali tidak hanya terjadi saat ini atau pun hanya pada saya saja. Rekan-rekan lainnya tentu pernah mengalami kejadian tersebut. Ketika siswa tidak mengenal siapa nama para guru yang ada di sekolahnya bahkan pada guru kelasnya sendiri. Sedikit aneh memang namun juga unik.

Di masa saat ini, dikala situasi mengharuskan pembelajaran dilakukan dari rumah, bisa saja menjadi sebuah penyebab mengapa anak-anak tidak mengenal bapak ibu guru kelasnya. Pembelajaran dari rumah yang dilakukan semenjak pandemi terjadi, membuat beberapa kegiatan sekolah harus terbatasi. Kegiatan BDR yang sudah dimulai sejak awal tahun pelajaran 2020/2021 ini, juga telah memangkas kemaksimalan guru dalam melaksanakan kegiatan orientasi siswa pada  Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) lalu. Keterbatasan waktu dan kesempatan membuat siswa tidak bisa secara penuh mengenal guru-guru di sekolahnya, kondisi dan lingkungan sekolahnya, bahkan dengan guru kelasnya sendiri.

Kadang pertanyaan yang muncul adalah masa sih sampai hampir 3 bulan berjalannya masa sekolah, siswa masih belum kenal dengan gurunya? Yaa.. bisa saja terjadi. Misalkan, kurangnya interaksi antara guru kelas dan siswa, komunikasi antara guru dan siswa yang kurang menyisipkan pengenalan lebih dekat, bisa membuat siswa jadi kurang merasa dekat dan intim dengan gurunya. Para siswa belum merasakan kedekatan secara emosional terhadap guru kelasnya, sehingga untuk bertanya, menjawab pertanyaan bahkan menyapa atau mengenal gurunya saja butuh proses yang lama.

Tapi, tidak lantas terus menyalahkan kehadiran si Corona, terkadang siswa baru di kelas 1, masih terbiasa menyebut ataupun menamai guru kelasnya sesuai nama kelas yang diampu ataupun mata pelajaran yang diampu, seperti Bapak Guru Kelas 1 atau Ibu Guru Agama. Hal ini masih sah-sah saja, kok. Karena siswa-siswa kita ini juga butuh proses pengenalan dan keberanian yang cukup untuk bisa lebih dekat dengan guru-gurunya. Kedekatan inilah yang nantinya akan membuat mereka mampu mengenal guru-guru di sekolah mereka dan juga guru kelasnya dengan baik. Seperti pepatah tadi, karena tak kenal maka tak sayang. Karena tak sayang maka tak kenal nama.😁😁

Maka dari itu, mari tumbuhkan rasa sayang dan kedekatan dengan siswa-siswa kita, agar meraka pun merasa lebih dekat dan bisa mengenal kita lebih baik. Dan tentunya harapan kita semua sama, yaitu agar pandemi ini segera berlalu. Sehingga kita bisa melaksanakan tugas kita dengan maksimal dan dapat berjumpa dengan siswa-siswa unik kita yang selalu semangat dalam belajar.



Salam sehat dan semangat selalu, rekan-rekan semua...

Salam dari Miss ChaCha

Komentar

  1. Semoga pandemi lekas berlalu Bu.

    BalasHapus
  2. Salam semangat kembali tuk Miss ChachaπŸ€—πŸ€©

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam semangat juga Bu Ay.. πŸ˜ƒπŸ₯°

      Hapus
  3. Ha ha ha, mengharukan sekali. Haru kok ketawa? Ya iya lah. Tiga bulan sudah berlalu.
    Bagus sekali gaya tuturnya. Berangkat dari sini jadi pengin tahu, bagaimana membangun kedekatan dengan siswa pada masa pandemi. Salam literasi Miss.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe... Kalo udah dimampiri sama bapak sendiri, jadi kikuk nih..
      Salam literaai jg Pak.

      Hapus

Posting Komentar